Kebahagiaan baru-baru ini seorang Indonesia yang aktif gunung berapi kelihatan dari angkasa.
The Satelit Landsat 8, usaha bersama NASA dan Tinjauan Geologi AS, merakam gambar yang mencolok pada hari Isnin (13 April) letusan terbaru Anak Krakatau, yang telah mengirimkan sejumlah abu dan wap air yang mengembus ke langit tropis dan aliran lava mengalir ke pirus di sekitarnya perairan.
Gambar warna semula jadi dilapisi oleh data inframerah yang dikumpulkan oleh salah satu instrumen Landsat 8. Pengukuran inframerah menyoroti titik panas yang mungkin batu lebur, tulis Nath Earth Observatory's Kathryn Hansen dalam sebuah keterangan foto.
Anak Krakatau duduk di Selat Sunda di antara pulau-pulau besar Jawa dan Sumatera. Nama gunung berapi diterjemahkan sebagai "anak Krakatau," dan dengan alasan yang baik. Pada tahun 1927, pulau itu naik dari kaldera yang diciptakan oleh kehancuran Letusan Krakatau pada tahun 1883 (juga dikenali sebagai Krakatoa), yang membunuh 36,000 orang dan menggelapkan langit di seluruh dunia selama beberapa tahun.
Anak Krakatau tidak melepaskan apa-apa pada skala itu, untungnya. Tetapi gunung berapi baru-baru ini cukup aktif.
Gunung berapi "telah menunjukkan letusan letusan kecil ini secara berkala selama beberapa tahun terakhir," kata Verity Flower, seorang ahli gunung berapi yang berpusat di Pusat Penerbangan Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, kepada Hansen. "Namun, itu juga dapat memperlihatkan kegiatan yang lebih merosakkan seperti letusan yang memicu tsunami."
Satu letusan seperti itu berlaku pada 22 Disember 2018; tsunami yang terhasil mengorbankan ratusan orang.
- 11 letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah
- Bumi dari angkasa: Penjelasan 40 tahun satelit Landsat (infografik)
- 10 negara paling berbahaya untuk gunung berapi (gambar)